Musthofa W Hasyim, Budayawan yang tidak Bisa Mengendarai Motor

- Minggu, 17 September 2023 | 20:52 WIB
Musthofa W Hasyim, budayawan Yogyakarta, Istikomah menjadi penjaga gawang Majalah Suara Muhammadiyah. (Dok pribadi)
Musthofa W Hasyim, budayawan Yogyakarta, Istikomah menjadi penjaga gawang Majalah Suara Muhammadiyah. (Dok pribadi)

INIKEBUMEN - Mengenal Musthofa W Hasyim serasa mengenal seorang teman dekat, orang tua, bahkan bisa menjadi seorang guru. Satu-satunya budayawan yang bisa bergaul dengan siapa saja.

Pergaulannya di dunia sastra, yang menjadikan saya mengenal Musthofa W Hasyim lebih dekat.

Sejak SMA kelas dua, saya sudah mengenal Kang Mus, panggilan akrab Musthofa W Hasyim, ketika menjadi Pemimpin Redaksi Harian Masa Kini Yogyakarta. Saat itu masih berkantor di Tungkak, perempatan jalan menuju ke Jalan Taman Siswa.

Waktu itu, saya datang ke kantor surat kabar Harian Masa Kini, khusus mau mengambil honor tulisan saya yang dimuat di rubrik Catatan Insani, sebuah rubrik yang dikelola oleh Kang Mus dikhususkan bagi penulis yang berlatarbelakang budayawan, sastrawan atau seniman.

Baca Juga: Konsolidasi Relawan Pandowo 08 Jawa Tengah dan DIY Untuk Pemenangan Prabowo

Saya belum mengenal Musthofa W Hasyim dan baru saat itu kemudian saya berkenalan. Dari tanda tangannya, saya mendapatkan honor tulisan Rp1.850 tiap satu tulisan dari kasir Harian Masa Kini.

Saya senang sekali tulisan pertama saya yang masuk di surat kabar harian ternama di Yogyakarta dihargai. Saat itu sekitar tahun 1985.

Pergaulan dengan Musthofa W Hasyim tidak berhenti sampai di situ. Ketika Harian Masa Kini berubah menjadi Harian Yogya Post, saya sering bertandang ke kantor redaksi yang berada di Jalan Kaliurang, maupun kantor yang dekat dengan toko buku Gramedia, jalan Solo.

Bahkan ketika Yogya Post gulung tikar, saya masih tetap berkomunikasi dengan Musthofa W Hasyim sewaktu bersama-sama dengan Buldanul Khuri membesarkan penerbitan yang dinamai Penerbit Bentang Budaya.

Baca Juga: Victor Hong Kong Open 2023: Indonesia Loloskan Tiga Wakilnya ke Final

Baik dari kantor yang awalnya berada di Condongcatur, Patangpuluhan, bahkan sampai pindah berkantor di rumah Buldanul Khuri yang baru, yaitu di sekitar ringroad Utara, masuk daerah Maguwo, dekat Bandara Adi Sucipto. Saya masih sering mampir dan bercengkrama dengan Kang Mus, sekadar melepas rindu untuk berdiskusi, yang terkadang lompatan pikiran dan gagasannya melampaui orang biasa.

Sampai ketika Kang Mus akhirnya istikomah bekerja di Majalah Persyarikatan Muhammadiyah, yaitu Majalah Suara Muhammadiyah, yang berkantor di Kompleks Kauman Yogyakarta, dekat rumahnya yang hanya berjarak 200 meter.

Jarak 200 meter itu, ditempuh Kang Mus dari rumah ke kantor Majalah Suara Muhammadiyah dengan jalan kaki.

Keunikan yang lain dari Kang Mus, tidak bisa naik kendaraan sepeda motor. Dulu ketika masih ngantor di Taman Siswa, saya sering melihat Kang Mus diantar isterinya.

Halaman:

Editor: Achmad Marzoeki

Sumber: Reportase Aris Munandar

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Kebaya di Budur, Gebyar Kebaya di Borobudur

Rabu, 27 September 2023 | 15:49 WIB

Sajak-sajak Ahmadun Yosi Herfanda Dari Kota Hujan

Sabtu, 9 September 2023 | 12:15 WIB
X