INIKEBUMEN - Tak mudah untuk menerima kekalahan, terlebih dari orang yang dianggap bertindak salah, sementara kita merasa sudah bertindak benar. Demikian juga dengan seorang muslim yang merasa menjadi korban kezaliman. Hal ini bisa menjadi salah satu penyebab awal muslim percaya karma.
Saat penolakan untuk menerima kekalahan itu masih dibungkus keimanan dan kesabaran, meski sudah menipis, yang terucap sebagai respon barangkali adalah ucapan, "Gusti Allah mboten sare!" atau "Allah SWT tidak tidur!" Percaya bahwa Allah SWT akan memberi balasan (di dunia) terhadap orang yang menzaliminya. Seiring berjalannya waktu ungkapan sandarannya bisa berubah, "Hukum Karma pasti berlaku!" Tanpa sadar lama-lama ikut menjadi kelompok muslim percaya karma.
Masih banyak orang memahami peristiwa dengan kerangka ajaran Islam, tapi dari sudut pandang dirinya semata. Tidak menyadari, dari sudut pandang orang lain bisa bertolak belakang. Ketika merasa dirugikan orang lain lantas mengucap "Allah SWT tidak tidur!" Padahal orang lain yang mendengarnya juga bisa saja membalas, "Betul, makanya sekarang Allah SWT sedang menghukummu."
Baca Juga: Victor Hong Kong Open 2023: Rinov/Pitha Terhenti, Jojo Kalahkan Pembunuh Raksasa
Karena orang sering lupa, berharap orang yang bersalah mendapat hukuman, giliran dirinya dihukum malah tidak juga merasa bersalah. Atau saat berbuat salah ketahuan orang lain dan ditegur, menganggap yang menegur hanya iri, suka ikut campur dan sebagainya.
Jika keimanan dan kesabaran sudah mulai mengelupas dari hati, tidak lagi yakin dengan kekuasaan Allah SWT, akan mengira kehidupan dunia adalah segalanya. Menganggap semua persoalan harus dituntaskan di dunia.
Sehingga segala bentuk kekalahan yang pernah dialami tanpa disadari telah menyemai benih dendam. Yang ada dalam pikiran kemudian hanyalah bagaimana membalaskan dendam tersebut.
Walaupun kisah-kisah klasik dari berbagai belahan dunia, sudah mengajarkan kepada kita, bahwa dendam tak pernah bisa menuntaskan persoalan. Tapi tak semua yang bisa masuk dalam pikiran bisa mewujud dalam tindakan.
Baca Juga: Sedekah Air, Solusi MDMC Kabupaten Kebumen Hadapi Kemarau Panjang dan Krisis Air
Umat Islam pada masa Rasulullah SAW juga sempat merasa kesulitan menerima kenyataan, mengalami kerugian besar dalam Perang Uhud. Sehingga Allah SWT membangkitkan kembali motivasi umat Islam:
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman." (QS Ali Imran [3]: Ayat 139)
Usai meraih kemenangan yang mengagumkan dalam Perang Badar, sungguh berat menerima kenyataan porak porandanya tentara Islam pada Perang Uhud. Paman Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abi Thalib syahid dalam peperangan, bahkan Nabi sendiri sempat terluka.
Dalam ayat selanjutnya Allah SWT mengingatkan:
"Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim." (QS Ali Imran [3] ayat 140)
Artikel Terkait
Tingkatan Orang Membaca Al Quran yang Perlu Anda Ketahui (1)
Tingkatan Orang Membaca Al Quran yang Perlu Anda Ketahui (2)
Tingkatan Orang Membaca Al Quran yang Perlu Anda Ketahui (3)
Tingkatan Orang Membaca Al Quran yang Perlu Anda Ketahui (4)
Tingkatan Orang Membaca Al Quran yang Perlu Anda Ketahui (5)
Muslim Percaya Karma? Pendendam yang tak Berdaya (I)